Minggu, 06 November 2011

Ayam Broiler (Pemeliharaan)

Ayam broiler
Ayam broiler adalah ayam yang dikembangkan atau dibudidayakan khusus untuk mendapatkan dagingnya, sehingga dada ayam broiler lebih gemuk dibandingkan bagian dorsalnya. Dengan demikian, ayam jenis ini disebut ayam pedaging. Lama pemeliharaan ayam ini sekitar 30-32 hari untuk mencapai berat karkas 900–1000 gram (Jayanata, 2010). Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah Cobb, Kim cross, Lohman, Hyline, Vedette, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, dan Sussex.  Strain ayam dijual dengan berbagai merk dagang, seperti Super 77, Tegel 70, ISA, Lohman 202, A.A 70 (Arbor Arcres), H &N, Bromo, CP 707 (Cobb) (Junaidi, 2008).

Manajemen pemeliharaan


Manajemen brooding. Ayam komersial yang telah menetas tidak mempunyai induk ayam sehingga memerlukan induk pengganti. Sistem induk buatan yang dapat berfungsi seperti induk ayam aslinya dikenal dengan istilah brooding (Medion, 2006). Selama tiga hari pertama suhu harus terjaga 32-34ºC  dengan kelembaban 60-65%. Pasca 3 hari pertama, suhu secara berangsur-angsur menurun hingga mencapai 28-30ºC pada umur 7 hari. Cara terbaik untuk menyediakan panas yang dibutuhkan ayam dengan penggunaan brooder (pemanas) dan sistem ventilasi yang baik (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008).
Brooder yang baik sebaiknya mampu menghasilkan panas yang cukup, stabil dan terfokus. Brooder berfungsi sebagai induk buatan yang memberikan kehangatan kepada anak ayam. Alat pemanas dapat berasal dari lampu minyak ataupun dari sumber panas yang lain, seperti listrik (Deptan, 2001). Chick guard atau sekat berfungsi melindungi anak ayam dari terpaan angin, hewan liar dan membantu agar panas tetap terfokus. Chick guard dapat terbuat dari seng dengan ketinggian 50-60 cm. Chick guard dibentuk lingkaran atau ellips untuk menghindari penumpukan ayam pada sudut kandang karena secara alamiah ayam senang berada di sudut kandang. Kandang brooder dengan diameter 4,5 m mampu menampung 750-1.000 ekor (Medion, 2006).

Manajemen perkandangan. Perkandangan harus dibuat dengan memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara, cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kuat. Kepadatan untuk kandang yaitu umur 1–3 hari kepadatan 40–50 ekor per m2, umur 4–6 hari kepadatan 25–35 ekor per m2, umur 7–9 hari kepadatan 15–20 ekor per per m2, dan umur 10–11 hari penuh (Deptan, 2001). Tujuan menggunakan litter pada budidaya broiler yaitu untuk menyerap air, mengurangi kontak broiler dengan kotoran, serta sebagai pembatas kontak langsung dengan lantai yang suhunya terlalu dingin (pada broiler pre-starter umur 0-7 hari). Jenis litter yaitu harus menyerap air, ringan (low density), murah dan tidak beracun (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008). Bahan litter contohnya sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu, jerami dan lain-lain. Bahan litter yang digunakan sebaiknya tidak berjamur, dan tidak berdebu. Litter ditabur secara merata ke seluruh kandang dengan ketebalan 5-8 cm. Pembalikan litter setiap  3-4 hari sampai umur 14 hari dan setelah itu dilakukan penambahan litter baru untuk mengurangi timbulnya amonia (Medion, 2006). Pada minggu ketiga dan keempat pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi kandang dapat dibuka. Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras pedaging yaitu persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35oC, kelembaban berkisar antara 60-70% (Junaidi, 2008).

Manajemen pakan. Tempat makan dan minum dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti bambu, paralon, plastik atau bahan lainnya, dan sesuai dengan umur ayam, baik ukuran maupun bentuknya. Penempatannya dibuat secara praktis, mudah terjangkau ternak, mudah dipindahkan, mudah diganti atau ditambah isinya, dan mudah dibersihkan (Deptan, 2001). Tempat ransum dan minum ayam harus disediakan sesuai dengan jumlah anak ayam. Selain itu, distribusi tempat ransum sebaiknya merata sehingga minimal 2/3 dari ayam dapat makan dalam waktu bersamaan. Ketika nipple drinker digunakan, maka lebih baik menambahkan baby drinkers khusus bagi DOC yang berasal dari bibit muda (Medion, 2006). Ransum ayam broiler di Indonesia dibagi atas dua bentuk sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu ransum untuk ayam broiler masa awal (ransum starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (ransum finisher) karena kandungan gizinya berbeda (Rasyaf, 1995). Sebaiknya pakan selama satu minggu pertama berbentuk crumble untuk menstimulasi konsumsi pakan dan pencapaian bobot badan. Kandungan zat gizi pakan fase starter terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, EM 2.800-3.500 kkal. Kandungan zat gizi pakan fase finisher terdiri dari 18,1-21,2%, lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9% dan EM 2.900-3.400 kkal (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008).

Manajemen pencahayaan. Pencahayaan merupakan penstimulasi yang kuat untuk meningkatkan produktivitas ayam. Pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum serta merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Kebutuhan pencahayaan pada fase starter adalah 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Pencahayaan pertama kali diberikan selama 24 jam kemudian dikurangi secara bertahap (Medion, 2006). Kondisi terbaik bagi ayam yaitu pada saat intensitas cahaya selama 1 minggu pertama sebesar 50–60 lux (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008).

Evaluasi performans dan analisis usaha ayam broiler

Pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot yang cepat pada minggu pertama belum tentu ditunjang dengan sisi lain yang membaik pula, contohnya konsumsi ransum ayam menjadi lebih banyak sehingga akan berdampak terhadap konversi ransum dan biaya produksi. Dapat juga terjadi mortalitas yang lebih tinggi di masa awal atau penumpukan lemak tubuh yang lebih banyak di masa akhir (Rasyaf, 1995). Bobot badan minggu pertama sangat penting dan akan menjadi lebih penting lagi di masa yang akan datang karena broiler akan terus mengalami perubahan ke generasi baru. Ini berarti bahwa setiap tahun, 1 minggu pertama pemeliharaan broiler merupakan persentase terbesar dari total pemeliharaan broiler dalam satu periode (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008).

Konsumsi pakan. Pertumbuhan yang cepat didukung dengan konsumsi pakan yang banyak pula. Setiap bibit ayam sudah ditentukan konsumsi ransumnya pada batas tertentu sehingga kemampuan prima ayam akan muncul. Konsumsi itulah yang disebut konsumsi standar atau baku, sesuai dengan arah pembentukan bibit itu (Rasyaf, 1994). Konsumsi pakan ayam broiler minggu pertama sangat rendah, yaitu hanya 140-150 g per ekor (CJ Feed Indonesia Corporation, 2008).

Konversi pakan. Peternak menghendaki pertumbuhan yang relatif cepat dengan makanan yang lebih sedikit, maksudnya jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat. Hal ini mencerminkan efisiensi penggunaan pakan yang baik, bila memperhatikan sudut konversi, sebaiknya dipilih angka konversi yang terendah (Rasyaf, 1995). Standar konversi pakan bagi broiler Cobb adalah 1,657–1,665 (Cobb Vantress Inc., 2010).

Analisis usaha ayam broiler. Parameter kelayakan usaha meliputi BEP (Break Event Point atau titik impas) volume produksi, BEP harga produksi, B/C ratio,  ROI (Ratio of Investment), rasio keuntungan terhadap pendapatan, dan tingkat pengembalian modal. BEP menandakan bahwa produk yang dijual dengan harga tersebut belum menghasilkan keuntungan karena pengeluaran sama dengan penerimaan. Biaya dalam usaha ayam broiler dibagi atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah unggas pedaging yang dipelihara. Biaya variabel meliputi biaya ransum (Junaidi, 2008). Biaya ransum sebesar 45-84% dari total biaya produksi. Biaya pemeliharaan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memelihara anak unggas sampai unggas pedaging itu masuk masa akhir, termasuk jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja dan biaya kesehatan dan pencegahan penyakit yang besarnya 1-7% dari total biaya produksi. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan tanpa memperhatikan ada tidaknya unggas pedaging yang dipelihara, antara lain biaya penyusutan, biaya tenaga kerja tetap dan bunga atas modal dan pajak. Modal meliputi barang-barang modal seperti bibit unggas, kandang, tempat minum, alat-alat manejemen kandang dan lain-lain (Rasyaf, 1995). 

1 komentar: