Telur Ayam
Telur ayam yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu telur ayam kampung atau buras dan telur ayam ras. Ciri telur ayam ras adalah berukuran lebih besar daripada telur ayam kampung (Hadiwiyoto, 1983). Kualitas telur dapat berbeda-beda tergantung pada cara penanganan induk dan produk telur di samping pengaruh faktor genetis. Kualitas telur terdiri dari dua bagian, yaitu dalam dan luar telur. Kualitas dalam telur antara lain kontaminasi tetes darah atau serabut daging serta warna kuning telur, kualitas luar telur antara lain ukuran dan bentuk, warna kerabang, permukaan dan ketebalan kerabang, serta porositas (Diwjanto dan Prijono, 2007). Telur ayam ras dan buras memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga penilaian kualitasnya harus ditentukan berdasarkan pengelompokan jenisnya (Hardjosubroto, 1994).
Warna Telur
Kerabang telur ayam sebagian besar berwarna putih atau kecoklatan. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi menimbulkan warna tersebut. Pigmen coklat pada kerabang telur adalah porhpyrin yang secara merata disebarkan ke seluruh kerabang (Suprijatna et al., 2005). Telur ayam ras biasanya berwarna putih kekuningan hingga coklat (Winarno dan Koswara, 2002). Persentase warna telur ayam Leghorn biasanya didominasi oleh warna coklat (Balvir et al., 2000). Warna kulit telur berpengaruh terhadap daya tetas telur. Telur yang warna kulitnya agak gelap cenderung lebih mudah menetas daripada telur yang berwarna terang (Kartasurdjana dan Suprijatna, 2006).
Berat Telur
Berat telur sering dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ayam petelur. Kriteria sangat besar (extra large) yaitu telur dengan berat 57,8 gram ke atas, besar (large) yaitu telur dengan berat 49,7 – 57,7 gram, sedang (medium) yaitu telur dengan berat 42,7 – 49,6 gram, dan kecil (small) yaitu telur dengan berat kurang dari 42,6 gram (Hardjosubroto, 1994). Berat telur ayam ras berkisar antara 55 – 65 gram (Hadiwiyoto, 1983).
Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, tingkatan dewasa kelamin induk, umur induk, obat-obatan, dan pakan (Anggorodi, 1994). Faktor genetik berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ovum sehingga yolk yang lebih besar akan menghasilkan telur besar. Telur pertama yang dihasilkan induk lebih kecil daripada yang dihasilkan berikutnya, ukuran telur akan meningkat sesuai dengan mulai teraturnya induk bertelur. Ukuran telur akan meningkat dengan meningkatnya kandungan protein pakan. Cuaca juga berpengaruh karena cuaca panas akan mempengaruhi kondisi kandang dan menyebabkan menurunnya ukuran telur (Suprijatna et al., 2005).
Indeks Bentuk Telur
Sebagian besar telur ayam berbentuk oval. Bentuk telur secara umum disebabkan oleh faktor genetis. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama, yaitu bulat, panjang, atau lonjong (Suprijatna et al., 2005). Pengamatan bentuk telur dilakukan dengan mengukur indeks bentuk telur, yaitu perbandingan antara ukuran lebar atau diameter terbesar dengan panjang dari telur utuh (Syamsir et al., 1994). Indeks bentuk telur yang ideal adalah sebesar 0,74 (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kriteria telur yang baik untuk ditetaskan (hatching egg) yaitu bentuk telur normal dengan indeks 74% (Rasyaf, 1995).
Heritabilitas
Angka pewarisan atau heritabilitas dapat didefinisikan sebagai proporsi dari ragam genetik terhadap sifat fenotipe. Bila seekor ternak menunjukkan keunggulan pada sifat yang mempunyai pewarisan tinggi maka diharapkan anaknya kelak akan mempunyai keunggulan dalam sifat tersebut. Namun jika angka pewarisan rendah, belum tentu keturunannya mempunyai keunggulan dalam sifat tadi karena keunggulan pada ternak sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan. Nilai heritabilitas berat telur yang normal adalah sebesar 0,6 (Hardjosubroto, 1994). Nilai heritabilitas indeks bentuk telur ayam yang normal 0,459 ± 0,104 (Balvir et al., 2000). Nilai heritabilitas berselang antara 0 – 1. Heritabilitas dikategorikan rendah (lowly heritable), sedang (moderately heritable), dan tinggi (highly heritable) jika mempunyai nilai masing-masing 0 – 0,15; 0,15 – 0,30; dan ≥0,30. Nilai heritabilitas yang mendekati 1 menunjukkan bahwa suatu sifat memberikan respons yang lebih baik terhadap perlakuan seleksi, sebaliknya nilai heritabilitas yang rendah menunjukkan bahwa respons seleksi akan lambat (Kurnianto, 2009).
Korelasi
Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan sebagai korelasi dan regresi. Metode statistik yang digunakan untuk menaksir besarnya korelasi genetik adalah analisis kovariansi (analysis of covariance). Cara paling sederhana untuk menghitung korelasi genetik adalah dengan mengawinkan sejumlah pejantan dengan sejumlah induk sehingga masing-masing akan menghasilkan satu anak. Korelasi genetik merupakan hubungan yang sifatnya berbanding lurus (Hardjosubroto, 1994). Korelasi genetik berat telur dan indeks bentuk telur ayam yang normal yaitu di bawah +0,10 (Lwelamira et al., 2008). Koefisien korelasi genetik bernilai antara -1 – 1. Bila korelasi genetik bernilai tinggi dan positif maka peningkatan produktivitas sifat pertama akan diikuti oleh peningkatan produktivitas sifat kedua. Bila koefisien korelasi genetik termasuk tinggi tetapi negatif berarti perbaikan sifat pertama menurunkan produktivitas sifat kedua. Bila koefisien korelasi genetik termasuk rendah dan positif berarti seleksi terhadap sifat pertama hanya berpengaruh sedikit terhadap sifat kedua. Bila koefisien korelasi antara kedua sifat termasuk rendah dan negatif berarti hubungan antara dua sifat tersebut lemah sehingga seleksi dapat dilakukan secara terpisah (Kurnianto, 2009).